Tenaga Kerja Indonesia atau yang biasa di singkat dengan TKI
merupakan tenaga kerja yang saat ini sedang gencar menjadi bahan perbincangan
di masyarakat luas. Belum selesai dengan pemberitaan TKI di Malaysia yang
belakangan tersiar kabar bahwa , ”Indonesian Maids Now on Sale”, kini telah
muncul pemberitaan yang sangat tidak manusiawi dalam suatu hubungan negara,
yaitu TKI di Malaysia dilecehkan aparat kepolisian setempat. Sungguh tragis
nasib para Tenaga kerja kita di luar negeri. Menurut Deputi Perlindungan Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI), Lisna
Yuliani Poeloengan, pendapatan devisa dari TKI sudah menembus US$ 1,5 miliar
atau hampir setara Rp 15 triliun. Itu baru pendapatan sampai April 2012, angka
yang tidak sedikit untuk suatu negara. Namun, haruskah para TKI merasakan
sesuatu yang tidak pantas?
Pada ulasan wacana diatas menggambarkan betapa malangnya
nasib para TKI yang hijrah ke luar negeri. Berawal dengan niat mencari nafkah
untuk keluarga yang sebagian besar berada di desa atau di perkampungan, kini kenyataan
pahit harus dirasakan hampir seluruh TKI yang berada jauh dari kampung halamannya.
Mulai dari pelecehan, tindak kekerasan sampai kematian yang dapat mengintai
para TKI kapan saja.
Pemerintah mungkin telah membuat segala bentuk undang-undang
untuk melindungi para TKI yang ada diluar negeri, namun masalah tersebut belum
tuntas bahkan sampai sekarang. Menurut saya, bukan hanya dari pihak pemerintah
saja yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kasus seperti ini, tetapi
kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus bisa memberikan kontribusi untuk
negara. Sebagai contoh, untuk para agen yang menyalurkan TKI harus
memaksimalkan pengetahuan apa saja yang harus dimiliki atau dikuasai oleh
seorang TKI, harus memberikan bekal mental, memberikan nomor telepon atau
kontak yang bisa dihubungi apabila terjadi sesuatu yang mencurigakan, itu akan
membantu para TKI yang mencari nafkah diluar negeri. Dan yang terpenting adalah
berikan pemahaman “jangan tergiur dengan gaji atau upah yang besar”, karena
buat apa mendapatkan upah yang besar apabila tidak dapat kita nikmati karena
penderitaan yang terlanjur dirasakan. TKI bukan tempat melampiaskan sesuatu
yang tidak baik, justru harus mendapatkan penghargaan karena bisa menjadi
devisa negara.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar