Minggu, 18 November 2012

Glosarium X

1.      Gambang    : bunyi-bunyian, gambang kromong: gamelan Jakarta

2.      Gamelan      : bunyi-bunyian Jawa dan Sunda, terdiri dari beberapa macam seperti gambang, gendang, sarun, bonan dsb

3.      Hula-hula      : tari Hawaii

4.      Keris                : senjata tajam, berujung tajam dan bermata dua, bilahannya ada yang lurus, ada pula yang berlekuk-lekuk

5.      Keromong     : Bagian gamelan, seperti bonang pada gamelan Jawa, gambang keromong     : gamelan Jakarta

6.      Keroncong   : musik dengan lagu-lagu Indonesia dan Jawa

7.      Koper             : kopor, tas kulit tempat pakaian

8.      Rencong       : sejenis keris atau pedang khas Aceh

9.      Serimpi           : penari wanita, dahulu hanya menari di istana pendopo-pendopo para bangsawan; tari serimpi: sejenis tari yang biasa ditarikan oleh penari wanita

10. Tanco            : makanan Cina yang dibuat dari kedelai putih dengan garam

Glosarium IX

1. Cakalele            : pertunjukan tari perang dari Maluku dan Munahas

2. Cangkat           : bukit kecil, tanah ketinggian yang melereng, dangkal

3. Caul                   : kain halus dari sebuah kota di India pantai barat, selendang sutra

4. Cindur                : tanda mata

5. Daeng               : gelar orang Bugis

6. Darma wisata : bepergian bersama, piknik

7. Deresi                 : wagon kereta api tempat penumpang, kereta penumpang

8. Devisen              : devisa, alat pembayaran luar negeri

9. Dialek                  : logat, bahasa yang dipakai di suatu tempat atau daerah yang agar berbeda dari bahasa yang umum

10. Dodot               : kain panjang dan lebar, pakaian pengantin


Glosarium VIII

1.      Adat            : aturan yang lazim diturut sejak dulu, turun temurun

2.      Akomodasi : persediaan tempat untuk makan dan menginap bila orang bepergian

3.      Alun-alun    : halaman luas di muka istana, arena, medan

4.      Amko           : mobil kecil untuk taksi

5.      Andong      : lenjuang, kereta sewaan

6.      Bajau           : orang laut, terutama tinggal di pantai Kalimantan Timur

7.      Badui           : bangsa pengembara di tanah jazirah Arabia: golonga penduduk di Banten Selatan

8.      Bagasi         : barang-barang muatan kereta api, tempat menaruh muatan

9.      Bagor          : Barang tenun dari rumbia

10. Bahtera      : perahu, kapal

Sabtu, 17 November 2012

Opini Saya



Tenaga Kerja Indonesia atau yang biasa di singkat dengan TKI merupakan tenaga kerja yang saat ini sedang gencar menjadi bahan perbincangan di masyarakat luas. Belum selesai dengan pemberitaan TKI di Malaysia yang belakangan tersiar kabar bahwa , ”Indonesian Maids Now on Sale”, kini telah muncul pemberitaan yang sangat tidak manusiawi dalam suatu hubungan negara, yaitu TKI di Malaysia dilecehkan aparat kepolisian setempat. Sungguh tragis nasib para Tenaga kerja kita di luar negeri. Menurut Deputi Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI), Lisna Yuliani Poeloengan, pendapatan devisa dari TKI sudah menembus US$ 1,5 miliar atau hampir setara Rp 15 triliun. Itu baru pendapatan sampai April 2012, angka yang tidak sedikit untuk suatu negara. Namun, haruskah para TKI merasakan sesuatu yang tidak pantas?
Pada ulasan wacana diatas menggambarkan betapa malangnya nasib para TKI yang hijrah ke luar negeri. Berawal dengan niat mencari nafkah untuk keluarga yang sebagian besar berada di desa atau di perkampungan, kini kenyataan pahit harus dirasakan hampir seluruh TKI yang berada jauh dari kampung halamannya. Mulai dari pelecehan, tindak kekerasan sampai kematian yang dapat mengintai para TKI kapan saja.
Pemerintah mungkin telah membuat segala bentuk undang-undang untuk melindungi para TKI yang ada diluar negeri, namun masalah tersebut belum tuntas bahkan sampai sekarang. Menurut saya, bukan hanya dari pihak pemerintah saja yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kasus seperti ini, tetapi kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus bisa memberikan kontribusi untuk negara. Sebagai contoh, untuk para agen yang menyalurkan TKI harus memaksimalkan pengetahuan apa saja yang harus dimiliki atau dikuasai oleh seorang TKI, harus memberikan bekal mental, memberikan nomor telepon atau kontak yang bisa dihubungi apabila terjadi sesuatu yang mencurigakan, itu akan membantu para TKI yang mencari nafkah diluar negeri. Dan yang terpenting adalah berikan pemahaman “jangan tergiur dengan gaji atau upah yang besar”, karena buat apa mendapatkan upah yang besar apabila tidak dapat kita nikmati karena penderitaan yang terlanjur dirasakan. TKI bukan tempat melampiaskan sesuatu yang tidak baik, justru harus mendapatkan penghargaan karena bisa menjadi devisa negara.


sumber :